Powered By google

Sabtu, 30 Maret 2013

Seandainya


Andai saja dia tidak hadir disini. Andai saja aku tak bertemu dengannya. Andai aku tak pernah melihat wajahnya setiap hari dan andai saja perasaan ini tidak pernah ada. Aku mungkin telah jatuh cinta kembali setelah sekian lama aku menyembuhkan sebuah pengalaman pahitku dulu. Aku terpesona dengan wajahnya pada saat aku pertama kali melihat wajahnya. Dia adalah sosok yang sederhana menurutku tetapi ada sisi lain yang aku suka darinya dibandingkan yang lainnya. Dia sosok wanita yang superior menurutku. Mungkin aku saja kalah machonya dengan dia hahahha. Pada awalnya aku bertemu dengannya pada saat aku tingkat 2 di sebuah universitas swasta yang cukup terkenal. Aku terpesona dengan wajahnya walaupun pertama kali melihatnya.
            Semakin lama waktu berputar, perasaan ini pun semakin tumbuh dengan alami. Aku sering memandang wajahnya dari kejauhan. Sedikit demi sedikit aku mulai mencuri-curi pandang dengannya. Ingin rasanya aku mendekatinya tapi pengalaman masa lalu ku terus membayang-bayangi perasaan ini. 4 bulan sudah aku memendam perasaan ini, pada akhirnya aku memutuskan untuk mendekatinya. Mungkin dia terlalu banyak punya teman laki-laki, proses pendekatan ini mungkin hanya sebatas pertemanan saja baginya. Rasa perhatianku padanya, mungkin hanya angin lalu saja baginya.  
            Sudah… cukup…. sudah… pertaruhanku dimulai. Aku akan menyatakan perasaanku padanya pada saat selesai praktikum. Aku mulai menyatakan perasaanku padanya. Mungkin aku seorang laki-laki terbodoh yang ada di dunia ini tanpa melakukan proses pendekatan terlebih dahulu. Aku memberikan sebatang coklat putih kepadanya. Entah kenapa cara klasik nan kuno ini aku terapkan pada saat itu. Aku bilang padanya kalau aku tidak mau mendengar jawabannya karena aku tahu jawabannya pasti ditolak. Karena aku juga tak yakin kalau dia punya perasaan yang sama denganku.
            6 bulan berselang dari peristiwa itu, aku berubah menjadi sosok yang pendiam nan emosional. Aku mendapat kabar dia telah mempunyai seorang kekasih. Sosok orang yang mahir dalam berolahraga yang berbanding terbalik denganku. Dia selalu menceritakan kehidupan percintaan dia dengan kekasihnya setiap kali aku berkumpul-kumpul dengan teman-temanku. Entah kenapa aku menjadi muak dengan cerita itu. Apa aku jealous?
            Aku mulai menarik diri dari teman-temanku. Aku mulai menyendiri. Aku mulai menyibukkan diri untuk kerja sambilan di luar. Pada saat makan siang, aku hanya terdiam saja jika dia ikut makan siang dengan teman-temanku. Sekarang dia lebih memilih meluangkan waktunya untuk berkumpul dengan teman-temanku dibandingkan dengan kegiatan kemahasiswaan dia di kampus. Aku merasa semakin menjauh dari teman-temanku. Padahal aku ingin sekali hang out bersama mereka tapi dia lagi-lagi hadir. Setiap kali dia ikut, aku berubah drastis menjadi sosok pendiam. Daripada aku menjadi duri dalam daging dalam pertemanan ini aku lebih baik menarik diri dari teman-temanku. Aku tidak mau menjadi sosok yang merusak suasana kalau berkumpul. Ada juga yang bertanya kenapa gue jarang hang out bersama. Mungkin kalian juga sudah tau jawabannya apa atas gerak-gerik gue kalau ada dia ikut bergabung. Sekarang sosok gue mulai dilupakan oleh geng Le Min itu. Jika ada acara hang out, gue mulai ga dihubungin lagi. Walaupun hanya basa-basi tapi gue hargai semua itu teman.
            Ingin rasanya gue membuang perasaan suka yang konyol ini jauh-jauh dan kembali berkumpul, tapi kini keadaannya telah berbeda. Rasanya teman-teman gue mulai comfort dengan dia dibandingkan gue. Perlahan-lahan sosok gue mulai digantikan dengannya. Jujur di dalam hati gue, gue lebih memilih ketawa bersama kalian lagi teman. Seandainya dulu tidak terlalu sering memandang wajahnya. Seandainya rasa ini tidak pernah hadir. Seandainya perasaan dan rasa ini tak terungkap, mungkin kebisuan ini tidak pernah hadir.......

1 komentar:

ciieeee.....persaan terpendam ama putri kayaknya...hahaha

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More