Andai
saja dia tidak hadir disini. Andai saja aku tak bertemu dengannya. Andai aku
tak pernah melihat wajahnya setiap hari dan andai saja perasaan ini tidak
pernah ada. Aku mungkin telah jatuh cinta kembali setelah sekian lama aku
menyembuhkan sebuah pengalaman pahitku dulu. Aku terpesona dengan wajahnya pada
saat aku pertama kali melihat wajahnya. Dia adalah sosok yang sederhana
menurutku tetapi ada sisi lain yang aku suka darinya dibandingkan yang lainnya.
Dia sosok wanita yang superior menurutku. Mungkin aku saja kalah machonya
dengan dia hahahha. Pada awalnya aku bertemu dengannya pada saat aku tingkat 2
di sebuah universitas swasta yang cukup terkenal. Aku terpesona dengan wajahnya
walaupun pertama kali melihatnya.
Semakin lama waktu berputar,
perasaan ini pun semakin tumbuh dengan alami. Aku sering memandang wajahnya
dari kejauhan. Sedikit demi sedikit aku mulai mencuri-curi pandang dengannya.
Ingin rasanya aku mendekatinya tapi pengalaman masa lalu ku terus membayang-bayangi
perasaan ini. 4 bulan sudah aku memendam perasaan ini, pada akhirnya aku
memutuskan untuk mendekatinya. Mungkin dia terlalu banyak punya teman
laki-laki, proses pendekatan ini mungkin hanya sebatas pertemanan saja baginya.
Rasa perhatianku padanya, mungkin hanya angin lalu saja baginya.
Sudah… cukup…. sudah… pertaruhanku
dimulai. Aku akan menyatakan perasaanku padanya pada saat selesai praktikum.
Aku mulai menyatakan perasaanku padanya. Mungkin aku seorang laki-laki terbodoh
yang ada di dunia ini tanpa melakukan proses pendekatan terlebih dahulu. Aku
memberikan sebatang coklat putih kepadanya. Entah kenapa cara klasik nan kuno
ini aku terapkan pada saat itu. Aku bilang padanya kalau aku tidak mau
mendengar jawabannya karena aku tahu jawabannya pasti ditolak. Karena aku juga
tak yakin kalau dia punya perasaan yang sama denganku.
6 bulan berselang dari peristiwa
itu, aku berubah menjadi sosok yang pendiam nan emosional. Aku mendapat kabar
dia telah mempunyai seorang kekasih. Sosok orang yang mahir dalam berolahraga
yang berbanding terbalik denganku. Dia selalu menceritakan kehidupan percintaan
dia dengan kekasihnya setiap kali aku berkumpul-kumpul dengan teman-temanku. Entah
kenapa aku menjadi muak dengan cerita itu. Apa aku jealous?
Aku mulai menarik diri dari
teman-temanku. Aku mulai menyendiri. Aku mulai menyibukkan diri untuk kerja
sambilan di luar. Pada saat makan siang, aku hanya terdiam saja jika dia ikut
makan siang dengan teman-temanku. Sekarang dia lebih memilih meluangkan
waktunya untuk berkumpul dengan teman-temanku dibandingkan dengan kegiatan
kemahasiswaan dia di kampus. Aku merasa semakin menjauh dari teman-temanku.
Padahal aku ingin sekali hang out bersama mereka tapi dia lagi-lagi hadir.
Setiap kali dia ikut, aku berubah drastis menjadi sosok pendiam. Daripada aku
menjadi duri dalam daging dalam pertemanan ini aku lebih baik menarik diri dari
teman-temanku. Aku tidak mau menjadi sosok yang merusak suasana kalau
berkumpul. Ada juga yang bertanya kenapa gue jarang hang out bersama. Mungkin
kalian juga sudah tau jawabannya apa atas gerak-gerik gue kalau ada dia ikut
bergabung. Sekarang sosok gue mulai dilupakan oleh geng Le Min itu. Jika ada
acara hang out, gue mulai ga dihubungin lagi. Walaupun hanya basa-basi tapi gue
hargai semua itu teman.
Ingin rasanya gue membuang perasaan
suka yang konyol ini jauh-jauh dan kembali berkumpul, tapi kini keadaannya
telah berbeda. Rasanya teman-teman gue mulai comfort dengan dia dibandingkan
gue. Perlahan-lahan sosok gue mulai digantikan dengannya. Jujur di dalam hati
gue, gue lebih memilih ketawa bersama kalian lagi teman. Seandainya dulu tidak terlalu sering memandang wajahnya. Seandainya rasa ini tidak pernah hadir. Seandainya perasaan dan rasa ini tak terungkap, mungkin kebisuan ini tidak pernah hadir.......
ciieeee.....persaan terpendam ama putri kayaknya...hahaha
BalasHapus